Senin, 31 Agustus 2009

CINTA.....

Cinta kepada Tuhan adalah puncaknya cinta.
Lembahnya cinta adalah cinta kepada sesama

Penjualan Pulau Keterlaluan Bila Pulau di Mentawai Dijual


PADANG--MI: Pakar hukum internasional dari Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Firman Hasan, menilai, sangat keterlaluan bila benar ada yang menjual tiga pulau di Mentawai.

"Kalau ada yang menjual pulau-pulau di wilayah Indonesia, apalagi dilakukan orang asing, itu sudah keterlaluan. Sebab, orang asing tidak boleh menjual pulau Indonesia, mereka hanya boleh memiliki Hak Guna Usaha (HGU), bukan menjual," tegas Firman di Padang, Rabu (26/8).

Tiga pulau di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, ditawarkan dijual (for sale), melalui situs http://www.privateislandsonline.com. Situs ini dikelola Private Islands Inc yang beralamat di 550 Queen St East Suite 330 Toronto ON M5A 1 V2, Kanada. Tiga pulau itu masing-masing, Pulau Macaroni dijual seharga US$4 juta, Pulau Siloinak ditawarkan us$1,6 juta, dan Pulau Kandui dijual us$8 juta.

Menurut Firman Hasan, seharusnya Pemkab Mentawai dan Pemprov Sumbar mengetahui bila memang ada aktivitas penjualan tiga pulau di Mentawai. Sebab, setiap kegiatan investasi, termasuk investasi asing harus berurusan dengan Pemda. Bahkan, apabila ada investor mendapatkan HGU, tidak boleh ekslusif dan tidak dalam posisi bisa menjual.

Terhadap HGU dan hak konsesi yang diterima pengelola pulau-pulau itu, kata Firman, pemerintah bisa saja membatalkannya manakala diketahui diperoleh dengan cara yang tidak benar. "Jadi tidak ada alasan pihak asing menjual pulau-pulau yang berada dalam wilayah teritorial Indonesia," kata Firman.

Apabila terjadi penjualan pulau itu, katanya, maka dianggap tidak sah. Pemerintah tetap punya hak atas pulau yang dijual.

Dia menegaskan, jika ada pihak asing yang mengklaim menguasai pulau-pulau di wilayah Indonesia, harus diketahui dari mana yang bersangkutan mendapatkan izin pengelolaan. Karena setelah memperoleh izin pengelolaan pulau atau resor, investor tidak boleh sesuka hati memindahtangankan kepada pihak lain.

Firman Hasan mengharapkan kepada Pemprov Sumbar untuk menginventarisasi semua pulau-pulau yang ada di wilayah Sumbar. "Apabila ada yang belum memiliki nama, segera beri nama. Tidak boleh terjadi, pihak asing seenaknya mengelola pulau-pulau d wilayah teritorial kita," katanya seraya mengingatkan pentingnya pengawasan.

Di wilayah perairan Sumbar, terdapat ribuan pulau besar dan kecil yang belum seluruhnya terinventarisasi. Sejumlah pulau dan resor di kawasan Kepulauan Mentawai kini dikelola investor dari Australia, Italia, dan pihak asing lainnya. Pulau-pulau di Mentawai menjadi daya tarik asing karena ombak di sekitar pulau-pulau tersebut termasuk salah satu yang terbaik di dunia untuk tujuan selancar. (Ant/OL-03)

sumber; http://www.mediaindonesia.com/read/2009/08/08/92510/126/101/Keterlaluan-Bila-Pulau-di-Mentawai-Dijual

"Iklan Tari Pendet" Malah Kian Populerkan Bali


BRISBANE, KOMPAS.com--Kontroversi iklan promosi pariwisata Malaysia yang menampilkan tari Pendet diyakini Pengamat Pariwisata Bali, Dr.I Nyoman Darma Putra, justru semakin melambungkan nama pulau wisata ternama Indonesia itu di mata wisatawan dan pelaku industri pariwisata dunia.

"Di balik kasus ini, saya yakin nama Bali akan semakin melambung di kalangan wisatawan dan pelaku wisata dunia," katanya di Brisbane, Kamis, menanggapi kasus iklan kontroversial pariwisata Malaysia yang tanpa seizin pemerintah RI menampilkan tari pendet dari Bali.

Darma Putra mengatakan, pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pembuatan iklan promosi berjudul "Enigmatic Malaysia" itu tidak etis memasukkan materi budaya Bali bagi kepentingan promosi pariwisata Malaysia.

"Kalau materi budaya Bali digunakan untuk mendukung promosi pariwisata Bali, kita sangat berterima kasih. Dalam kasus ini, sikap pemerintah Malaysia yang sebatas menyalahkan pihak swasta yang memproduksi materi promosi pariwisata negaranya sangat disayangkan," katanya.

Penulis buku Bali dalam Kuasa Politik (2008) ini mengatakan, pemerintah Malaysia sudah seharusnya dapat menjamin bahwa kasus pemanfaatan dan pengklaiman kekayaan budaya Indonesia oleh Malaysia seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini tidak terulang lagi di masa mendatang.

Pemerintah Malaysia juga sepatutnya memberi sanksi kepada pihak pembuat materi promosi pariwisatanya itu, katanya.

Kasus iklan komersial yang sempat ditayangkan jaringan TV Discovery yang diprotes Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik itu tidak hanya mengundang perhatian beragam kalangan di Indonesia tetapi juga menarik perhatian media utama di Australia.

Surat kabar berpengaruh The Australian misalnya menyoroti kasus ini lewat salah satu berita edisi 26 Agustus di bawah judul "Malaysia ’steals’ Bali dance" (Malaysia ’Mencuri’ Tari Bali).

Berita Harian The Australian melalui korespondennya di Jakarta, Stephen Fitzpatrick, itu menyoroti perkembangan di seputar kontroversi pemakaian tari Pendet dalam kasus iklan kontroversial pariwisata Malaysia dan reaksi publik Indonesia dalam konteks hubungan kedua negara bertetangga ini.

Kontroversi yang mewarnai hubungan kedua negara yang dipicu oleh kasus pengklaiman kekayaan warisan seni budaya Indonesia oleh Malaysia itu sudah terjadi sejak kasus lagu asal Maluku, Rasa Sayange tahun 2007 serta pengklaiman desain Batik, Angklung dan Reog, tarian asli rakyat Jawa Timur.

Akibat skandal pengklaiman Malaysia terhadap sejumlah kekayaan seni-budaya Indonesia itu, publik Indonesia kemudian menyebut fenomena ini sebagai "Malingsia" atau "Malaysia maling", sebut The Australian.


sumber; http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/08/27/1749078/iklan.tari.pendet.malah.kian.populerkan.bali

Pelajar Lebak Kecam Plesetan "Indonesia Raya"


LEBAK, KOMPAS.com--Sejumlah pelajar di Kabupaten Lebak, Banten, mengecam plesetan lirikan "Indonesia Raya" yang termuat di situs website internet.

"Saya minta pemerintah bertindak tegas bagi orang yang membuat situs pelecehan lagu kebangsaan Indonesia itu," kata Intan (15) pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Sabtu.

Intan mengatakan, dirinya sangat mengecam lagu Indonesia Raya diplesetkan, bahkan dalam kata-kata itu terdapat Indonesia negara miskin dan haram memasuki Malaysia.

Orang penyebar pelecehan Indonesia Raya patut diproses secara hukum dan harus bertanggung jawab karena telah menghina harkat derajat bangsa.

Menurut dia, rakyat Indonesia berjuang dengan pengorbanan jiwa dan ribuan pejuang tewas dalam pertempuran melawan penjajah untuk meraih kemerdekaan serta cinta tanah air.

Akan tetapi, kata dia, kecintaan tanah air diplesetkan pada lirikan lagu Indonesia Raya. "Saya kira orang itu tidak tahu perjuangan bangsa Indonesia," ujar Intan.

Begitu pula, Sofia (15) siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Rangkasbitung, mengaku, pihaknya menduga pelecehan Indonesia Raya yang termuat di situs internet adalah warga Malaysia.

Sebab kata-kata itu cukup menghina karena terdapat warga Indonesia haram memasuki Malaysia.

"Saya minta situs pelecehan lagu Indonesia Raya juga orang yang memuatnya segera meminta maaf," katanya.

Sementara itu, pelajar muslim di Kabupaten Lebak mengaku orang yang melesetkan Indonesia Raya kemungkinan mengidap penyakit gila sehingga perlu dilarikan ke rumah sakit jiwa.

"Kami sangat mencintai lagu kebangsaan Indoensia Raya dan setiap pekan dalam upacara dinyanyikan bersama-sama," kata Toni seorang pelajar muslim di Rangkasbitung.

sumber; http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/08/30/0249168/pelajar.lebak.kecam.plesetan.indonesia.raya

Minggu, 30 Agustus 2009

Mari Bersyukur.......



Dengan hati yang bersyukur apa pun yang kita makan terasa enak..
Dengan hati yang bersyukur kemana mata memandang semua trasa indah..
Dalam hati yg bersyukur kita seperti di surga… (by; Gede Prama)

Tempointeraktif.Com - Lagu Kebangsaan Malaysia Mirip Lagu Terang Bulan

Tempointeraktif.Com - Lagu Kebangsaan Malaysia Mirip Lagu Terang Bulan

Shared via AddThis

Kamis, 27 Agustus 2009

INTI PENCERAHAN


"Inti pencerahan adalah tidak tersentuh. Tidak marah ketika di maki, tidak sombong tatkala dipuji. Tidak melekat pada kebahagiaan, tidak menolak kesedihan" (Gede Prama, 85:2009)

Rabu, 26 Agustus 2009

STAR IN THE SKY



jika bintang di langit hanya muncul sekali dalam seribu tahun, betapa manusia akan terpesona dan terkagum-kagum, betapa manusia akan mengabadikan pengalaman itu untuk generasi
-generasi berikutnya. Namun setiap malam keindahan itu di kirimkan kepada kita, dan sesuatu yang mudah kita peroleh, betapapun nilainya kurang kita hargai

Selasa, 25 Agustus 2009

KATA-KATA MUTIARA

  • Kejujuran adalah perhiasan jiwa yang lebih bercahaya daripada berlian

KAKEK JANGAN MENANGIS

Ceritanya begini, seorang kakek bercerita ama cucunya tentang kisah penjajahan belanda tempo doeloe (tau kan biasanya kakek kakek cuman make sarung doang tampa cd dan biasanya kursi malasnya terbuat dari rotan) Di tengah asiknya bercerita tiba tiba si kakek menangis tersedu-sedu di iringi dengan rintihan yang memilukan. Merasa terbawa suasana cucunya angkat bicara “Sudalah kek, memang tempo doeloe itu sangat menyedihkan tapi kan sekarang kita udah merdeka…”
Dengan nada agak menyedihkan si kakek menjawab “Cu, bukannya kakek sedih krn tempo doeloe, tapi BIJI KAKEK TERJEPIT DI KURSI ROTAN INI.”

MATAHARI DI DALAM DIRI by Gede Prama


MATAHARI DI DALAM DIRI
by Gede Prama
Hidup penuh dengan jejak kaki. Demikian sejarah pernah bertutur pada manusia. Sayangnya, logika dan kata-kata manusia tidak dan tidak akan pernah bisa memotret jejak-jejak kaki tadi sebagaimana adanya. Logika dan kata-kata, di satu sisi memang jembatannya pemahaman, di lain sisi ia juga suka memperkosa. Karena pemerkosaan jenis terakhir inilah, kemudian pengetahuan manusia manapun jadi tidak sempurna. Di tangan manusia-manusia yang digiring kepintaran, ketidaksempurnaan terakhir kemudian menjadi bahan wacana. Ada juga yang membuatnya sebagai sarana tawar menawar kepentingan, alat untuk melakukan penyerangan, bahan-bahan untuk memamerkan kehebatan. Ada yang bertanya, tidakkah ini hanya bunga-bunga kehidupan yang membuat semuanya jadi kaya warna?

Di tangan manusia-manusia bijaksana nasib ketidaksempurnaan pengetahuan manusia lain lagi. Bagi mereka, ketidaksempurnaan ada untuk mengajarkan kesempurnaan pada manusia. Ada juga yang menyebutkan, kalau hidup ditujukan justru untuk melengkapi sisi-sisi pemahaman yang belum sempurna. Bagi pejalan-pejalan kaki di jalan jiwa lain lagi. Ketidaksempurnaan ada untuk menjadi lahan-lahan latihan jiwa. Bukankah setelah tertabrak berbagai karang kehidupan, jatuh dalam banyak jurang kehidupan, kemudian jiwa bisa pulang dengan tenang?

Ah entahlah, pejalan-pejalan kaki di jalan kejernihan memang hanya boleh bertanya. Jawaban memang senantiasa diserahkan kepada mereka yang mendengar ketika pertanyaan dilontarkan. Tidak semua suka tentu saja. Dan itupun tidak apa-apa. Yang jelas, apapun pertanyaannya, apapun jawabannya, siapapun yang bertanya, siapapun yang menjawab, ada sebuah gejala yang terus menerus berjalan : waktu! Seperti jarum jam di dinding, berjalan, berjalan dan berjalan. Kadang ia berhenti karena baterrynya mati, cuman waktu yang ia wakili tidak membutuhkan battery dan tenaga manapun. Ia adalah tenaga itu sendiri, ia adalah gerakan itu sendiri, ia adalah hidup itu sendiri.

Sebagai manusia biasa, kita kerap baru tersadar, kadang malah terkejut, ketika melihat putera-puteri di rumah sudah besar. Tatkala merasakan badan tidak lagi sekuat dulu. Mana kala melihat orang-orang yang lebih muda dipanggil yang kuasa. Logika dan kata-kata manusiapun memberikan judul : tua. Dan judul terakhirpun tidak sama pemahamannya. Ada yang mengkaitkannya dengan badan yang berbau tanah. Ada yang menyebutnya dengan masa-masa panen dalam hidup. Ada juga yang meletakkannya sebagai waktu membalas dendam perhatian ke anak cucu.

Dan tentu saja, terserah sepenuhnya pada pribadi masing-masing. Yang jelas, ada yang mengkaitkan umur tua dengan perlambang alam yang bernama matahari. Bagi yang melihat beban kehidupan sebagai serangkaian hal yang memberatkan, tua adalah tanda-tanda matahari mau tenggelam. Bagi sahabat yang melihat beban sebagai vitamin-vitamin yang memperkuat, tua adalah awal terbitnya matahari di dalam diri. Ada yang bertanya, matahari apa yang terbit di dalam diri?

Inilah keterbatasan pemahaman melalui kata-kata dan logika. Pertama, semua hal ditanyakan dan mau dipahami dulu, baru kemudian bergerak dan berjalan untuk menggali. Seolah-olah tanpa bertanya dan paham manusia akan masuk jurang. Kedua, setiap pencaharian yang boros logika dan kata-kata, membuat pencaharian berjalan keluar. Kemudian mengabaikan sumur tanpa dasar yang ada di dalam. Ketiga, begitu sebuah pemahaman terpetakan oleh logika dan kata-kata, manusia terpental jauh dari dirinya sendiri.

Diterangi cahaya pemahaman seperti ini, ada seorang sahabat pernah berbisik. Kadang, ada saatnya perjalanan pemahaman mirip dengan seorang anak yang baru bisa belajar bicara, kemudian bertanya pada mamanya: mana papa? Dan begitu telunjuk mama menunjuk ke seorang lelaki, setiap bayi langsung mempercayainya. Dan seumur hidup menyebut lelaki tadi dengan sebutan papa. Jarang sekali terjadi ? atau mungkin malah tidak pernah ? begitu mamanya menunjuk seorang lelaki, kemudian anak bertanya ulang : itu papa atau teman selingkuh?

Bagi sahabat yang diperkuda kepintaran, mungkin cara seperti ini disebut dengan kebodohan dan ketololan. Cuman pada kehidupan manapun yang menyelami lapisan-lapisan keihklasan secara mengagumkan, dan kemudian berpelukan dengan kehidupan secara penuh penerimaan, inilah awal terbitnya matahari di dalam diri. Tidak ada pertanyaan di sana, apa lagi penolakan. Sebutan pintar dan hebat tidak lagi menggoda. Kaya dan terkemuka, juga serupa. Dikasih terimakasih, tidak dikasih juga terimakasih. Seorang pejalan kaki di jalan ini pernah berucap, ketika penafsiran kita tentang semesta berhenti, kejernihan yang mendalam jadi terbuka. Kejernihan itu meliputi segala waktu, tempat dan perubahan.

Pejalan kaki yang lain berucap pelan, pelepasan adalah jantung kehidupan. Tatkala manusia sudah terlepas dari harapan, pendapat dan apalagi ketakutan, ia memasuki wilayah-wilayah kebebasan yang berkelimpahan. Dalam bahasa lain, ada yang berbisik, seluruh hidup adalah proses pelepasan. Ketika manusia mengalami pelepasan, bukahkah muncul great sun of wisdom dari dalam dirinya? Ada juga yang ragu-ragu dan bertanya, apa yang tersisa dalam kehidupan pasca pelepasan ?

Yang tersisa di sana hanya satu : kerja, kerja dan kerja. Bedanya dengan kerja orang kebanyakan, bukankah kerja adalah bentuk cinta yang paling nyata? Bukankah melalui kerja Tuhan menjadi nyata?


Bookmark and Share